Ia merupakan kebudayaan yang benar-benar dihayati, bukan kebudayaan dalam arti sekumpulan sisa bentuk, warna, dan gerak masa lalu yang kini dikagumi sebagai benda asing terlepas dari diri manusia yang mengamatinya.
Menurut Widagdo (1993:31) desain komunikasi visual
dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari
rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat rasional, dan pragmatis.
Jagat desain komunikasi visual
senantiasa dinamis, penuh gerak, dan perubahan. Hal itu karena
peradaban dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan lahirnya
industrialisasi. Sebagai produk kebudayaan yang terkait dengan sistem
sosial dan ekonomi, desain komunikasi visual juga berhadapan pada konsekuensi sebagai produk massal dan konsumsi massa.
Terkait dengan itu, T. Sutanto (2005:15-16) menyatakan, desain komunikasi visual
senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat dicerap orang
banyak dengan pikiran maupun perasaannya. Rupa yang mengandung
pengertian atau makna, karakter serta suasana, yang mampu dipahami
(diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum atau terbatas. Dalam pandangan
Sanyoto (2006:8) desain komunikasi visual memiliki pengertian secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana komunikasi yang bersifat kasat mata.
Desain komunikasi visual adalah ilmu
yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang
diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah
elemen desain grafis terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf, warna,
komposisi dan layout. Semuanya itu dilakukan guna menyampaikan pesan
secara visual, audio, dan audio visual kepada target sasaran yang
dituju.
Desain komunikasi visual sebagai salah
satu bagian dari seni terap yang mempelajari tentang perencanaan dan
perancangan berbagai bentuk informasi komunikasi visual. Perjalanan
kreatifnya diawali dari menemukenali permasalahan komunikasi visual,
mencari data verbal dan visual, menyusun konsep kreatif yang
berlandaskan pada karakteristik target sasaran, sampai dengan penentuan
visualisasi final desain untuk mendukung tercapainya sebuah komunikasi
verbal-visual yang fungsional, persuasif, artistik, estetis, dan
komunikatif.
Artinya, menurut Sumbo Tinarbuko, desain
komunikasi visual dapat dipahami sebagai salah satu upaya pemecahan
masalah (komunikasi, atau komunikasi visual) untuk menghasilkan suatu
desain yang paling baru di antara desain yang baru (Tinarbuko, 1998:66)
Istilah desain komunikasi visual, dalam
bahasa gaul anak muda disebut dekave, digunakan untuk memperbaharui atau
memperluas jangkauan cakupan ilmu dan wilayah kerja kreatif desain
grafis. Di dalam ranah desain komunikasi visual ini dipelajari semua
bentuk komunikasi yang bersifat komunikasi visual seperti desain grafis,
desain iklan, desain multimedia interaktif.
Desain Grafis
Desain grafis dipelajari dalam konteks
tataletak dan komposisi, bukan seni grafis murni. Area kerja kreatif
desain grafis di antaranya: stationary kit atau sales kit: desain kartu nama, kop surat, amplop, map, bolpoint. Profil usaha, annual report, corporate identity yang terdiri logo
dan trade mark berikut aplikasi penerapannya. Desain grafis lingkungan
berupa sign system: papan petunjuk arah, papan nama dan infografis:
chart, diagram, statistik, denah, dan peta lokasi. Desain grafis
industri, sistem informasi pada jasa dan produk industri.
Desain label, etiket, dan kemasan
produk. Desain beragam produk percetakan dari mulai prepress sampai
hasil cetakan akhir. Perencanaan dan perancangan pameran produk dan jasa
industri. Grafis arsitektur berikut produk sign system. Desain
perwajahan buku, koran, tabloid, majalah, dan jurnal. Desain sampul
kaset, dan cover CD. Desain kalender, desain grafis pada kaos oblong, desain kartu pos, perangko, dan mata uang. Desain stiker, pin, cocard, id card, desain undangan, desain tiket dan karcis, desain sertifikat, dan ijasah. Desain huruf dan tipografi. Ilustrasi dan komik.
Desain Iklan
Desain iklan dipelajari dalam konteks
desain, bukan komunikasi marketing dan penciptaan merek atau aktivitas
branding. Desain iklan atau popular dengan sebutan advertising, ranah
kreatifnya meliputi: kampanye iklan komersial dan perancangan iklan
layanan masyarakat. Aplikasi perancangan dan perencanaan desain iklan
komersial maupun iklan layanan masyarakat (nonkomersial) senantiasa
melibatkan seluruh media periklanan yang meliputi: pertama, media iklan
lini atas (above the line advertising), yakni: jenis-jenis iklan yang
disosialisasikan menggunakan sarana media massa komunikasi audio visual.
Misalnya surat kabar, majalah, tabloid, iklan radio, televisi, bioskop,
internet, telepon seluler.
Pada umumnya, biro iklan yang
bersangkutan mendapat komisi karena pemasangan iklan tersebut, Kedua,
media iklan lini bawah (below the line advertising), yaitu kegiatan
periklanan yang disosialisasikan tidak menggunakan media massa cetak dan
elektronik. Media yang digunakan berkisar pada printed ad: poster,
brosur, leaflet, folder, flyer, katalog, dan merchandising: payung, mug, kaos, topi, dompet, pin, tas, kalender,
buku agenda, bolpoint, gantungan kunci. Ketiga, new media: ambient
media, guerillas advertising, theatrical advertising, adman.
Desain Multimedia Interaktif
Desain multimedia interaktif dipelajari
dalam konteks tampilan dan pelengkap desain, bukan interaksi manusia
dengan komputer. Animasi dipelajari dalam konteks penciptaan gerak yang
menarik, bukan untuk bertutur dan bercerita. Cakupan wilayah kreatif
desain multimedia interaktif diantaranya meliputi: animasi 3D, dan
motion graphic, fotografi, sinetron, audio visual, program
acara televisi, bumper out dan bumper in acara televisi, film
dokumenter, film layar lebar, video klip, web desain, dan CD interaktif.
Dengan demikian, sejatinya konsentrasi
utama desain komunikasi visual adalah desain grafis plus. Penampilan
sehari-hari desain komunikasi visual hanya terdiri dari dua unsur utama:
verbal (tulisan) dan visual (gambar tangan, fotografi,
atau image olahan komputer grafis). Dalam konteks ini, menurut Andi S
Boediman, penekanannya pada segi visual. Tetapi dalam perkembangannya
agar desain grafis terlindung dalam bentangan payung desain komunikasi
visual maka perlu dilengkapi dan ditunjang oleh beberapa bidang ilmu
sosial yang bersifat wacana maupun praksis yang dirasakan cukup
signifikan (Boediman, 2004).
Pencetus Ide Baru
Desain komunikasi visual, yang dalam
bentuk kehadirannya seringkali perlu ditunjang dengan suara, menurut
A.D. Pirous (1989), pada hakikatnya adalah suatu bahasa. Tugas utamanya
adalah membawakan pesan dari seseorang, lembaga, atau kelompok
masyarakat tertentu kepada orang lain. Sebagai bahasa, maka efektivitas
penyampaian pesan tersebut menjadi pemikiran utama seorang desainer
komunikasi visual. Untuk itu, seorang desainer haruslah, pertama,
memahami betul seluk beluk bentuk pesan yang ingin disampaikan.
Dengan memahami bentuk pesan yang ingin
disampaikan, maka seorang desainer akan dengan mudah ‘’mengendalikan’’
target sasaran untuk masuk ke dalam jejaring komunikasi visual yang
ditawarkan oleh sang komunikator (desainer komunikasi visual). Sebab
sejatinya, karya desain komunikasi visual mengandung dua bentuk pesan
sekaligus, yaitu pesan verbal dan pesan visual. Tetapi dalam konteks
desain komunikasi visual, bahasa visual mempunyai kesempatan untuk
merobek konsentrasi target sasaran, karena pesannya lebih cepat dan
sangat mudah dipahami oleh parapihak.
Kedua, mengetahui kemampuan menafsir serta kecenderungan kondisi fisik maupun psikis kelompok masyarakat yang menjadi sasaran.Ketiga, harus dapat memilih jenis bahasa dan gaya bahasa yang serasi dengan pesan yang dibawakannya. Selain itu juga tepat untuk dibicarakan secara efektif, jelas, mudah, dan mengesankan bagi si penerima pesan.
Desain komunikasi visual, sebagai suatu
sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui
simbol-simbol kasat mata, dewasa ini pengalami perkembangan sangat
pesat. Hampir di segala sektor kegiatan manusia, simbol-simbol visual
hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda sampai display di berbagai pusat
perbelanjaan dengan segala aneka daya tariknya.
Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang di dalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, warna dan komposisi. Ia dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi nonverbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan
atau pun ucapan. Di dalam rancang grafis, yang kemudian berkembang
menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya dukung gambar
sebagai simbol visual pesan guna mengefektifkan komunikasi. Upaya
mendayagunakan simbol-simbol visual berangkat dari kenyataan bahwa
bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas, bahkan
istimewa, untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya. Hal demikian
ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal.
Ditambahkan Umar Hadi (1998), bahwa
sebagai bahasa, desain komunikasi visual adalah ungkapan ide dan pesan
dari perancang kepada masyarakat yang dituju melalui simbol-simbol
berwujud gambar, warna dan tulisan.
Ia akan komunikatif apabila bahasa yang disampaikan itu dapat
dimengerti oleh khalayak sasarannya. Ia juga akan berkesan apabila dalam
penyajiannya tersebut terdapat suatu keunikan sehingga ia tampil secara
istimewa, mudah dibedakan dengan lainnya. Maka, di dalam berkomunikasi,
diperlukan sejumlah pengetahuan yang memadai seputar siapa target
sasaran yang akan dituju, dan bagaimana cara sebaik-baiknya
berkomunikasi dengan mereka. Semakin baik dan lengkap pemahaman kita
terhadap hal-hal tersebut, maka akan semakin mudah untuk menciptakan
bahasa visual yang komunikatif.
Desain modern merupakan keseluruhan
proses pemikiran yang akan membentuk sesuatu, dengan menggabungkan
fakta, konstruksi, fungsi, dan estetika. Desain adalah suatu konsep
untuk memecahkan fenomena bentuk, bahan, teknik,
rupa, pemakaian dan fungsi guna yang dinyatakan dalam bentuk dan
gambar. Semuanya itu diabdikan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dalam percepatan jagad yang kiat pesat
dan akselerasi dunia komunikasi yang semakin dahsyat, mengakibatkan
peran dan posisi desain komunikasi visual berikut desainernya mampu
menempati singasana terhormat.
Dewasa ini, desain komunikasi visual
merupakan suatu karya seni terap yang padat teknologi, mempunyai dampak
sangat komprehensif kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran. Mengapa?
Karena keberadaannya mampu menginformasikan jasa dan produk baru kepada audience. Ia mempunyai kharisma kepada konsumen untuk diajak membeli dan menggunakan barang dan jasa
yang ditawarkan kepadanya. Ia juga piawai merangsang khalayak untuk
berpikir perihal sesuatu yang selama ini tidak pernah terpikirkan
olehnya. Dengan demikian, ketika kita mengenal dan menggeluti desain
komunikasi visual, maka kita seolah-olah menjadi malaikat pewarta kabar
gembira kepada segenap manusia dalam bentuk komunikasi visual yang
mencakup segala bidang kehidupan manusia, baik dengan target komersial
maupun tujuan sosial.
Dalam hal bentuk atau visualisasinya, desain komunikasi visual berhadapan dengan sejumlah alat, teknik, bahan dan ketrampilan. Ungkapan yang baik, akan lebih bernilai apabila didukung dengan teknik
yang baik, dan ditunjang kepiawaian dalam mewujudkannya. Seperangkat
alat yang dimanfaatkan oleh desain komunikasi visual, antara lain adalah
aspek visual yang meliputi bentuk ilustrasi, layout, warna serta aspek
verbal yang terdiri dari teks dan tipografi (Jewler, dan Drewniany, 2001: 57).
Mitos desain komunikasi visual dan orang
yang menggeluti profesi itu tidak semata-mata hanya seseorang yang
jagoan ‘menyetir’ komputer grafis dengan segala program-programnya
dan piawai membuat berbagai ilustrasi menggunakan rapido, pensil warna,
cat poster, dan airbrush. Tetapi yang lebih hakiki, ia seorang
perancang, pencetus, dan penemu ide pertama.
Agar mempunyai semangat sebagai seorang
perancang yang selalu mencetuskan, menemukan ide-ide brilian dan selalu
tampil dengan nuansa kebaruan (novelties), maka konsep pendidikan tinggi
desain komunikasi visual harus senantiasa mengedepankan aktivitas
proses belajar mengajar yang berfondasikan pada unsur kreativitas dan
inovasi. Artinya, sebuah proses mental, tahapan berpikir yang mampu
memunculkan ide-ide baru dan bila diaplikasikan secara praktis akan
menghasilkan cara-cara yang lebih efisien.
Orang-orang kreatif dan inovatif
biasanya berpikir secara konvergen dan divergen. Perkawinan dari dua
konsep pemikiran tersebut akan menghasilkan berbagai fantasi dan
imajinasi dahsyat, yang keberadaannya sangat berguna untuk melahirkan
berbagai macam ide pada karya desain komunikasi visual yang bermutu,
menarik, unik, komunikatif, dan persuasif.
Parameter keberhasilan sebuah proses
kreatif dan inovatif di lingkungan pendidikan tinggi desain komunikasi
visual bisa terlihat manakala para peserta didik mempunyai kepekaan yang
tinggi terhadap pemecahan masalah komunikasi (verbal dan visual),
lancar dan orisinal dalam berpikir kreatif, fleksibel, dan konseptual,
cepat mendefinisikan dan mengelaborasi berbagai macam persoalan yang
sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat
disegala bidang.
Ketika proses kreatif dan inovatif itu
sudah menancap di benak peserta didik sebagai sebuah ideologi, maka
keberadaannya diharapkan bisa menjadi agen perubahan dan pioner
pembaruan dalam mencetuskan dan menghasilkan berbagai macam ide yang
dituangkan pada karya desain grafis yang kampiun.
Selain itu, profesi desainer komunikasi
visual menjadi bagian dari mata rantai sebuah penelitian sosial.
Desainer komunikasi visual, sebelum berkarya haruslah melakukan berbagai
kajian dengan pendekatan lintas ilmu. Penggembaraan kreatifnya diawali
dari menemukenali permasalahan komunikasi visual, mencari data verbal
dan visual, menyusun konsep kreatif yang berlandaskan pada karakteristik
target sasaran, sampai dengan penentuan visualisasi final desain untuk
mendukung tercapainya sebuah komunikasi verbal-visual yang fungsional,
persuasif, artistik, estetis, dan komunikatif. Hal itu dilakukan untuk
lebih memfokuskan lubang bidik karya desain komunikasi visual.
Daftar Pustaka- Hadi, Umar. 1998. ‘’Memahami Desain Grafis’’. Katalog Pameran Desain Grafis, LPK Visi Yogyakarta.
- Jewler, A. Jerome., dan Drewniany Bonnie, L. 2001. Creative Strategy in Advertising. USA: Wadsworth Thomson Learning, 10 Davis Drive Belmont.
- Pirous, AD. 1989. ‘’Desain Grafis pada Kemasan’’. Makalah Simposium Desain Grafis, FSRD ISI Yogyakarta.
- Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2006. Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan. Yogyakarta: Dimensi Press.
- Sumaryono, E. 1995. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
- Sutanto, T. 2005. ‘’Sekitar Dunia Desain Grafis/Komunikasi Visual’’. Pura-pura Jurnal DKV ITB Bandung. 2/Juli. 15-16.
- Tinarbuko, Sumbo. 1998. ‘’Memahami Tanda, Kode, dan Makna Iklan Layanan Masyarakat’’. Tesis. Bandung: ITB
- Widagdo. 1993. ‘’Desain, Teori, dan Praktek’’. Seni Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni. BP ISI Yogyakarta III/03.
- Sumber: Sumbo Tinarbuko-Konsultan Desain, Dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Program Pascasarjana ISI Yogyakarta.
Semoga Anda menikamti artikel ini dan jangan lupa bergabung dengan teman-teman yang lain di Facebook AhliDesain, dan ikuti Twitter saya. Jika Anda menyukai artikel-artikel dari saya jangan lupa untuk memasukkannya dalam subscribe ke ahlidesain RSS Feed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar